About this blog

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Datos personales

Pengikut

RSS

Pacaran

Bro en Sis, kalian pasti telah tidaka asing lagi dengan kata “Pacaran” kan nah kali ini saya membahas tentang PACARAN.




Pacaran sehat, tetap maksiat
Obrolan dengan Pak Solihin masih berlanjut. Beliau mencontohkan bahwa ada anak sekolah yang ketika ditanya kenapa pacaran, jawabannya: “kami kan pacarannya sehat, Pak”. Weleh-weleh… udah bisa berdalil rupanya teman kita ini. Sehat menurut siapa? Lagian standar sehat dan nggak sehatnya apa sih? Kok kayaknya gampang banget mengklaim bahwa yang dilakukannya adalah pacaran sehat?
Mungkin, yang dimaksud pacaran sehat menurut para remaja yang mengklaimnya adalah: tanpa seks. Okelah, seks bebas atau berzina memang berbahaya dan dosa. Itu nggak sehat menurut syariat. Tapi, apa ada jaminan kalo orang yang pacarannya nggak sampe ngeseks bisa terus bertahan? Nggak juga kok. Sebab, kalo dilakukan PNDK alias Penelusuran Nafsu Dan Kekuatan, banyak remaja yang nggak tahan menahan nafsu. Justru karena nafsu makin kuat kalo udah ada kesempatan. Betul? Jadinya, yang tadinya “baik-baik” pun, berubah jadi “biadab” dan berperilaku bak hewan. Dasar bajigur! Naudzubillah min dzalik.
Maklum, soal nafsu dan kekuatan emang bisa mengalahkan akal sehat dan juga keimanan. Sebab, ketika keimanan yang cuma nyangkut di KTP itu, setan pun getol bergerilya dan menaburkan jerat-jerat dan mengobarkan hawa nafsu kepada mereka yang imannya kendor. Kalo udah gitu, setan tinggal jejingkrakan sambil diriingi irama kesesatan karena udah berhasil menjerumuskan manusia ke jurang nista karena akal sehat dan imannya terkubur hawa nafsu.
Benar adanya firman Allah Swt. (yang artinya): “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan-nya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmuNya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS al-Jaatsiyah [45]: 23)
Dalam ayat yang lain, Allah Swt. menegaskan bahayanya zina. Seperti dalam firmanNya (yang artinya): “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa [17]: 32)
Bukti lain bahwa pacaran ini bisa menjerumuskan pelakunya kepada kemaksiatan yang lebih jauh lagi, yakni berzina, bisa dilihat dari maraknya pemberitaan di media massa. Banyak remaja putri yang dihamili pacarnya. Ada sih cowoknya yang kemudian menikahinya tapi nggak sedikit yang kabur sambil menghilangkan jejak. Bahkan pernah ada juga yang kirim SMS ke redaksi gaulislam untuk curhat soal itu dimana dirinya menurut pengakuannya via SMS udah nggak perawan lagi. Itu terjadi gara-gara pacaran yang memang akan berujung jadi kebablasan itu. Duh, pokoknya kasihan deh. Jadi, jangan coba-coba pacaran ya. Nggak sehat dan emang melanggar syariat.
Nikmat sesaat, sengsara selamanya
Rugi! Ya, rugi banget dan rugi berat kalo kita cuma ngejar kenikmatan sesaat tapi sengsara selamanya. Mereka yang terkategori gawat darurat dalam urusan parahnya mengendalikan hawa nafsu sering berbuat nekat. Hubungan seks yang cuma legal dilakukan sepasang suami-istri ternyata mereka berani melakukannya juga dengan pacarnya. Waduh, ini kan sangat berbahaya. Kalo nafsu udah di ubun-ubun, mereka suka lupa dengan norma apalagi dosa.
Ah, ini namanya nafsu kenceng, keimanan blong. Ya, susah ngeremnya. Duh, kondisi ini terasa kian berat bagi kita. Sebab, setiap tarikan napas kita sudah bercampur debu kemaksiatan. Mau nonton televisi, tayangan yang banyak muncul justru yang “gersang” alias “seger” merangsang. Mau baca tabloid, majalah, koran, juga kita rasanya pengen muntah karena disuguhi menu yang “itu-itu” aja. Utamanya di tabloid dan majalah “esek-esek”. Nyaris nggak ada pilihan bagi kita. Menurut Walter Lippman, bisa diistilahkan sebagai “pictures in our head”. Sebab, semua gambaran informasi itu ada di manapun dan diberikan dengan penguatan pesan seolah-olah itu benar dan harus diikuti. Informasi itu terbentuk di kepala setiap orang karena disampaikan secara gencar dan rutin di  berbagai media massa. Gawat! Jadi, karena semuanya begitu, maka jangan salahkan pem­baca dan pemirsa 100 persen, bila kemudian mereka berperilaku bejat. Para pengelola acara televisi, radio, internet dan pengelola bisnis majalah, koran, dan juga tabloid kudu bertanggung jawab juga (eh, negara juga dong).
Oke deh, hati-hati dengan pacaran ini. Lebih enak dan benar emang menikah. Kenapa? Karena dalam ikatan pernikahan yang sah kamu boleh sesukanya bermesraan dengan pasanganmu tanpa kudu merasa risih. Asmara yang mekar juga sudah jelas sasarannya. Rindunya bukanlah rindu yang terlarang. Bahkan cintanya adalah cinta yang suci-bersih dan tentunya semua yang dilakukan, asal sesuai dengan tuntunan syariat, so pasti halal. Ya, halal. Jadi, kalo pacaran adalah nikmat yang membawa mudharat, sementara menikah adalah nikmat dan sesuai syariat. Pilih mana? Orang cerdas pilih taat syariat. Betul?
Mungkin di antara kamu ada yang komentar: “Lha, kita masih remaja, kan belum dibolehkan nikah?” Gini aja, jadikan info ini sebagai bekal pemahaman, dan sekarang fokus belajar dan raih cita-citamu. Setuju? Akuur…!
Dikutip dari [solihin: osolihin@gaulislam.com]
terus nih teman-teman kalau soal pacaran pasti nyangkutnya ama yang namanya cinta , bener gak sih!.Nah maka dari pada itu kita lihat yuk cinta iti kayak gimana!
Aplikasi cinta pun bertebaran. Yang paling jelas dan marak keliatan ya dengan pacaran. Hari gini nggak pacaran dianggap kutukan. Status jomblo di saat umur masih belasan atau baru di kepala dua dianggap tragedi sosial yang paling menyeramkan.
Cinta, gue lakuin apa aja
Karena hidup itu harus diwarnai cinta, maka banyak orang yang berusaha untuk menggapainya. Cinta emang rasa yang secara fitrah diadakan Allah Swt. bagi tiap manusia. Sayangnya nggak semua milih jalan yang bener. Demi meraih cinta dan atas nama cinta banyak orang (termasuk cewek) rela ngelakuin apa aja.
Ada cewek yang selalu wara-wiri di depan kelas cowok inceran untuk bisa dapat respon dan sinyal yang diharapkan. “Eh, itu anak kelas berapa sih?” Gitu kira-kira respon cowok yang diharapkan muncul. Dari respon yang begitu pengennya sih cowok tersebut bakal tanya-tanya lebih banyak en akhirnya mereka bisa makin akrab lalu bisa jadian deh.
Kalau urusannya cuma wara-wiri beberapa ratus kali di depan cowok gebetan paling kaki aja yang pegel-pegel. Kalo ngebeliin sesuatu paling tekornya cuma di kantong.  Tetep rugi sih, tapi ruginya bakal lebih menjadi-jadi kalau ternyata yang harus dikorbanin lebih dari semua yang  tadi.
Demi meraih cinta atau bahkan sekedar status pacaran, banyak cewek yang terjebak untuk rela diapaian aja en kasih apapun yang mereka miliki termasuk keperawanan mereka.
Katanya sih karena cinta itu butuh pengorbanan so wajar aja kalo bentuk-bentuk pengorbanan mesti dilakukan. Sekadar mau dicium atau dipegang-pegang tangan katanya sih udah jadi hal lazim emang kudu dilakuin. Yang penting bisa tahan diri nggak ngelakuin hubungan suami-istri. Heh? Sumpe lu bisa nahan diri? Ujung-ujungnya banyak tuh yang akhirnya ngelakuin zina. Keperawanan akhirnya tergadaikan demi cinta prematur, cinta ngawur!
Tragedi tuh! Tragedi besar untuk hidup seorang cewek kalau sampai keperawanan hilang disambar pacar atau yang baru mau jadi pacar. Harga diri terbesar diruntuhkan dengan cara obralan. Nggak banget!
Cinta satu malam
Cinta satu malam bukan sekedar judul dan  lirik lagu. Tipe kayak gitu udah marak terjadi di negeri ini. Cuma karena ingin memuaskan nafsu, cinta satu malam pun diburu. Cinta? Ah itu sih kata madu tapi sejatinya isinya racun nomor satu! Mana ada cinta sesungguhnya yang hadir satu malam terus begitu aja ditinggal, dilupakan. Celakanya para cewek mau aja lagi jadi bagian cinta satu malam! Waduh! Padahal yang ada cuma kerugian besar. Cinta kok diobral!
Tapi kenyataan itu emang yang sedang banyak bertebaran, terutama di kota-kota besar. Transaksi cinta dijalankan. Jual murah bakal laku keras. Yang jual mahal bakal dijadiin bahan olok-olokan alias diejek sebagai makhluk purba, ketinggalan jaman.
Sayangnya nggak banyak cewek yang sadar kalau yang mereka jalanin selama ini adalah ngobral perasaan, ngobral hati, ngobral harga diri. Cinta udah bikin buta!
Cinta itu mahal
Cinta, rasa itu dihadirkan oleh Allah Ta’ala sebagai anugerah. Sebagai sebuah anugerah, mestinya rasa itu dijaga dengan sangat baik, dengan sangat hati-hati. Karena anugerah itu mahal, Sis! Tak ternilai jika ada yang mau menukarnya dengan apapun yang ada di dunia. Nggak kebayang gimana sesorang bisa hidup tanpa cinta. Bisa jadi orang yang kayak gitu hidupnya cuma diisi kesedihan, kehampaan. Dia cuma memperlihatkan kebencian bahkan kebengisan.
Begitu berharganya cinta sehingga seharusnya cinta nggak diobral atau bahkan digadai cuma-cuma. Jangan! Kita seharusnya bisa jaga cinta itu dengan apa yang Allah mau, dengan cara yang Allah suka, sehingga indahnya cinta bisa tetap terjaga, binarnya tetap bisa terpelihara. Cara yang Allah suka seperti apa? Ini dia:
Pertama, jauhi aktivitas yang mendekati zina. Allah Swt. sebagai pencipta manusia pastinya persis tahu kelebihan dan keterbatasan yang dimilikinya, termasuk dalam urusan syahwat. Allah udah jelas kasih warning ke kita soal gimana kita bisa terjaga dari cinta dangkal yang berujung maksiat besar bernama zina. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa [17]: 32)
Tuh kan! Udah jelas Allah melarang kita untuk mendekati zina, dan pacaran itu tempat yang paling subur untuk aktivitas maksiat kayak gitu. Mulai dari sekadar pegangan tangan, terus merembet ke kissing, setelah itu dosa besar pun tak terhindarkan.
Kalau kita pengen cinta yang kita punya tetap cinta yang penuh anugerah ya harus bersih dari segala bentuk perilaku yang nyerempet zina. Tutup peluang nafsu syahwat untuk muncul dan menjerumuskan kita. Jangan pernah nantangin apa yang Allah udah warning.
Kedua, bekali diri dengan tsaqofah Islam. Supaya kita nggak salah jalan, bisa milih jalan yang tepat yang mana, pastinya kudu punya guidance alias tuntunan yang valid. Buat muslim nggak ada tuntunan yang lebih baik dan valid selain al-Quran dan sunnah Rasulullah saw.. Nah, untuk bisa memahami perintah dan larangan apa yang mana aja yang terkandung di dalamnya, kita kudu mau menggalinya, mempelajarinya. Nabi saw.  bersabda: “Mencari  ilmu  itu  wajib  atas  setiap muslim”. (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
Setiap kebaikan itu jalannya pasti berliku, Sis. Nggak gampang untuk nentuin skala prioritas yang “berbau pahala dan surga”. Hari gini gitu loh! Di tengah godaan kapitalisme yang membombardir, rasanya bikin jadwal ngaji jadi hal yang mubazir. Di tengah buaian hedonisme yang menghanyutkan, tekad untuk jadi muslimah cerdas dan peduli jadi gampang pudar lagi. Tapi, kita kudu kuat en tahan banting ngadepin itu semua. Biar kita selamat dan binar cinta sesungguhnya bisa kita dapat.
Ketiga, pilih-pilih temen gaul yang satu visi dan tujuan. Jalan terjal menuju kebenaran akan jadi ringan ditapaki kalau kita nggak sendiri. Ada sahabat yang bisa dijadikan andalan kala kita butuh masukan, nasihat. Ada kawan yang dengan segala ketulusan mau mengingatkan. Orang-orang yang seperti itu yang seharusnya bisa dipilih untuk jadi partner kita dalam memperbaiki diri. Orang-orang yang bisa jadi cermin buat kita. Bisa bikin kita dengan jelas ngeliat gimana diri kita sebenarnya. Syaratnya: 1. Sama-sama muslimah, 2. Tsaqofahnya oke. 3. Kepribadiannya juga oke.
Rasulullah saw. bersabda:”Seorang mukmin adalah cermin mukmin yang lain. Seorang mukmin adalah saudara mukmin yang lain, di mana saja ia bertemu dengannya, ia akan mencegah tindakan mencemari kehormatan saudaranya dan akan melindunginya dari baliknya.” (HR Abu Dawud dan Bukhari)
Cinta yang sebenarnya
Imam Bukhari meriwayatkan di shahihnya dari hadist Anas bin Malik r.a.  Dia berkata: “Rasulullah saw. bersabda tentang apa yang beliau riwayatkan dari Rabnya.  Dia berfirman : ‘….Jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar.  Aku menjadi matanya yang ia gunakan untuk memandang.  Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memegang.  Aku menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.  DenganKu ia mendengar, denganKu dia memandang, denganKu dia memegang, denganKu dia berjalan.  Seandainya ia meminta kepada Ku, niscaya Aku benar-benar memberikan kepadanya permintaanya, dan seandainya dia berlindung kepada Ku, niscaya Aku benar-benar melindunginya….”
Dari Anas r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:”Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih dari yang lainnya, orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan orang yang tidak suka kembali kepada kukufuran sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke neraka.” (Mutafaq ‘alaih)
‘Kembang peradaban’
Peradaban manusia akan terus ada jika generasi pengganti secara konsisten lahir. Nggak mungkin generasi baru akan lahir jika bukan karena pertaruhan nyawa para wanita ketika melahirkan mereka. Dan, peradaban tersebut akan menjadi peradaban yang agung dan mulia jika generasi itu dilahirkan dan dididik oleh para wanita yang agung dan mulia pula.
Amanah besar itu diberikan oleh Allah kepada kita para kaum hawa. Untuk yang remaja bukan hal yang tabu untuk mulai berpikir dan merenungi hal ini.
Coba aja bayangin kalo sebagaian besar para cewek yang notabene calon ibu ternyata adalah para cewek yang gampang ngobral rasa cinta sehingga gampang dipermainkan. Aktivitas free sex jadi bukan hal yang aib yang mesti dijauhi benar-benar. Generasi macam apa yang bakal lahir dari para cewek kayak gitu? Generasi rusak. Peradaban yang ada pun peradaban rusak. Na’udzubillahi min dzalik.
Peran kaum hawa nggak bisa dianggap enteng. Di tangan kitalah kemuliaan itu bisa  terpelihara. Makanya, bersegera yuk upgrade level ketaatan kita kepada Allah dan Rasulullah saw.. Ketaatan yang niscaya bakal membawa kita kepada cinta sesungguhnya. Ketaatan yang pastinya bakal menjadikan kita makhluk Allah yang sebenar-benarnya mulia yang ikut berperan menghadirkan kembali peradaban yang mulia. Jadilah ‘kembang peradaban’. Insya Allah.
Ini juga aku kutip dari [nafiisahfb|http://nafiisahfb.co.cc]

;;